Dwi Prasetyo Nugroho, ST

Mengapai Mimpi dengan Ilmu

Negara-negara di Asia sudah akrab dengan flu burung (H5N1). Flu ini pertama kali dilaporkan di Hongkong pada tahun 1997 (18 kasus dengan 6 kematian). Kemudian muncul lagi pada tahun 2003 dengan 2 kasus dengan 1 kematian, sebelum akhirnya mulai mewabah ke beberapa negara pada bulan Desember 2004.

Case Fatality Rate

Di Indonesia, kasus flu burung yang menyerang unggas dilaporkan pada Januari 2004. Setahun kemudian, yaitu bulan Juli 2005 ditemukan kasus pertama yang menyerang manusia. Sejak itu, telah ditemukan sebanyak 139 kasus, 113 kasus diantaranya berakhir dengan kematian (data per Des 2008). Jika dipersentase, maka tingkat kematian (case fatality rate, CFR) akibat flu burung sekitar 80%.

Lain halnya dengan flu babi (H1N1). Flu ini dilaporkan pertama kali hampir seabad silam, yaitu ketika terjadi pandemi pada tahun 1918. Sekitar 1976, kemudian tahun 1998, flu babi kembali mewabah di Amerika Serikat. Pada tahun 2009 ini, flu babi kembali menyerang berbagai negara, di mulai dari Meksiko. Data dari WHO tanggal 2 Mei 2009 menyebutkan, 16 negara diantaranya Meksiko, AS, Inggris, Hongkong, Selandia Baru, telah melaporkan kasus flu babi. Jumlah kasus yang telah diidentifikasi melalui pemeriksaan laboratorium sebanyak 658, 17 kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Berdasarkan data ini, maka CFR flu babi adalah sekitar 2,5%.

Siapa yang lebih berbahaya

Jika dibandingkan, maka persentase angka kematian akibat flu babi jelas lebih rendah dibandingkan dengan flu burung. Tetapi, apakah ini menandakan flu burung lebih berbahaya dan flu babi kurang berbahaya?

Dalam beberapa hal, ada perbedaan mencolok antara kedua jenis flu tersebut. Flu burung misalnya, sampai saat ini hanya ditularkan dari unggas ke manusia. Belum ada bukti adanya penularan langsung antar manusia. Oleh karena itu, penyebarannya relatif terbatas dan cepat terputus. Cara pencegahannya pun lebih terfokus pada pemusnahan unggas yang terinfeksi.

Berbeda dengan flu babi. Virus H1N1 yang merupakan biang flu babi, dapat ditransmisikan dari babi ke manusia dan dari manusia ke manusia. Akibat dari pola penularan seperti ini, maka flu babi dengan cepat menyebar ke segenap penjuru dunia. Dalam beberapa hari saja, virus ini telah dilaporkan di empat benua yang terpisah jauh. Tampaknya, kecepatan penularan sangat didukung oleh moda transportasi dan pergerakan manusia yang cepat dan dinamis. Akibat cepatnya penyebaran, maka WHO pada 29 April 2009 menaikkan tingkat kewaspadaan pandemi influenza dari 4 menjadi 5 (skala 1 – 6). Artinya, adanya kemungkinan terjadi wabah yang mengenai banyak orang di banyak negara.

Dari uraian di atas terlihat bahwa flu burung memiliki persentase angka kematian tinggi tetapi penyebarannya tidak terlalu cepat dan luas; sedangkan flu babi memiliki persentase angka kematian lebih rendah namun penyebarannya sangat cepat dan berpotensi menimbulkan pandemi. Mana yang lebih berbahaya? Keduanya sama berbahayanya dan berpotensi menimbulkan banyak kematian.

0 komentar:

Posting Komentar